Sahabat sukses TCI

 

BAHAYA! Ya sebagai trainer atau pembicara, anda bisa dalam situasi Gawat Darurat, Jangankan kelas pemula. Pembicara kondang dan ternama dan bahkan mendapat banyak gelar dari publik dan media pun pernah mengalami kondisi yang tidak menguntungkan dan suasana yang kurang kondusif untuk sebuah proses belajar.

 

Untuk itu perlu adanya research audience lebih dalam lagi dan lebih jauh lagi. Jumlah peserta, usia peserta, level atau jabatan peserta, pekerjaan sehari-hari, pendidikan, lama kerja, MBTI,ternyata masih kurang memadahi... bahkan membutuhkan lebih jauh lagi, untuk mengamankan SUKSES-nya training kita. Walaupun ini bukan proses yang rumit, namun informasi ini perlu diketahui. Ini beberapa Hal yang perlu menjadi tambahan Research Audience dalam acara training kita.

 

Kondisi fisik Peserta 

Sering kita tahu, namun sering juga lupa, kalau peserta sebuah nasional meeting sebuah organisasi , adalah berasal dari berbagai cabang di daerah-daerah. Dan biasanya, karena alasan kesibukan di cabang dan penghematan biaya akomodasi, sering kali peserta training atau seminar itu datang dalam waktu yang sangat mepet. Nah! Apa yang terjadi? Kondisi fisik mereka menjadi kurang prima. Ada yang biasa bangun  jam 7, namun karena pesawat pagi, maka harus bangun jam 4 dan siangnya langsung ikut seminar anda di Jakarta. Wow! Anda akan mendapatkan banyak tukang nguap, kalau tidak bisa memompa semangat mereka.

 

Bagaimana bila pesertanya banyak pecandu bola, dan ternyata jam 3 malam ada pertandinganyang sangat menarik? Sedang esok harinya anda harus mendeliver TRAINING? Hmmm! Sebuah tantangan buat pembicara.

 

Mental peserta

 

Apa yang terjadi bila orang datang ke dalam acara training dengan mentalitas REKREASI? Apa yang terjadi jika mereka datang ke dalam ruangan training dengan mentalitas TANDA TANGAN ABSEN dan dapat uang JAJAN? Ini bukanlah jenis audience yang langka. Hati-hati! Karena anda memang akan menemui peserta pelatihan anda dengan kondisi seperti ini.  Peserta peserta training dan seminar publik, biasanya jauh lebih kondusif dan semangat dibanding yang di "paksa" oleh atasan. Bangun keinginan untuk belajar dari sesi anda

dengan porsi yang lebih baik dan dosis lebih tinggi.

 

Berbicara setelah pembicara lain

 

Jangan remehkan yang satu ini. Sering kali anda akan menemui audience "bekas" pembicara lain. Dengan kata lain, anda berbicara di sesi ke tiga atau kedua. Nah ! Wasada. Saya sendiri termasuk sering di tempatkan di sesi "paling semangat" yaitu sesi setelah makan siang. (Mungkin saya karena founder  Creating HAHAHA)Selama ini saya hanya terjebak dalam fokus kalau setelah makan siang pasti ngantuk. Nah ternyata itu saja tidak cukup. Siapa pembicara sebelum anda, apa materinya, ternyata juga memiliki dampak yang besar dalam kesuksesan sesi anda.

 

Bagaimana kalau pembicara sebelum anda adalah: Ki Gendeng Gentong yang membicarakan Teknik Kaya dengan PESUGIHAN

 

Bagaimana kalau pembicara sebelum anda adalah: Joko Kendul yang berbicara dan beraktivitas "mengosongkan" pikiran?

 

Bagaimana bila pembicara sebelum anda adalah:........ yang berbicara ................................[tidak sejalan]

 

Nah ini perlu START atau effort yang lebih tinggi, atau strategy yang lebih pas....

 

Skenario secara keseluruhan

 

Sebuah skenario training/run-down, sering kali disusun oleh pihak internal. Sebagai pembicara atau trainer, sering kali hanya diberi plot waktu 4 Jam atau satu hari. Khusus untuk case seperti ini, yang bukan event full dari training kita, maka kita wajib mencermati, satu demi satu acara yang disusun oleh pihak internal (sering kali HRD atau bag Training). Dari keseluruhan itu kita sering mendapatkan informasi yang bermanfaat untuk kesuksesan sesi kita. Ibarat alur cerita sebuah SINETRON, apakah kita bisa mengalir dengan mulus. Menerima dari acara sebelumnya dan mengirimkan audience untuk melanjutkan acara selanjutnya.

 

Mood

Mood peserta bisa saja naik turun secara mendadak. Anda sudah research dengan baik, anda sudah siapkan acara dengan baik, namun bisa saja HAL yang tidak diinginkan terjadi. Misalnya 5 menit sebelum anda bicara, ada Presdir yang berpresentasi dan ternyata

VIDEO-nya tidak keluar dengan baik.... Wow BAD Mood...Marah dan menular ke peserta. Anda ajak tertawa di sesi anda? Mereka akan takut tertawa apalagi yang operate laptopnya presdir.

 

Disaaat anda sedang membahas materi. Dan meningkatkan minat audience dengan HUMOR dan....seseorang maju ke depan dengan secarik kertas...

 

"Maaf kami sela sebentar... Inalilahi waina ilaihi roji'un... telah berpulang rekan kerja kita Ibu........Semoga amal ibadahnya bisa diterima disisi Alloh SWT. Amien"

 

Nah lho! Anda harus menunjukan emphati dan perasaan berduka untuk sahabat-sahabat mereka. Anda ingin tetap meningkatkan minat dan perhatian anda dengan HUMOR? Ini bisa sangat berbahaya. Banting haluan dengan EMOTIONAL LANGUAGE....Gunakan bahasa-bahasa yang menyentuh......Jangan lupa ukur kedekatan audience dengan sahabat yang dipanggil TUHAN YME tersebut. Jika berita duka itu begitu mengejutkan dan menyedihkan mayoritas peserta maka pertahankan hingga akhir: bahasa, sikap, dan perasaan anda yang turut berduka atas kepergiannya. Namun bila berita itu "biasa" saja anda boleh perlahan-lahan mengembalikan ke mood normal.

 

 

Sahabat Sukses TCI,

 

Semoga memberi inspirasi, do'a saya untuk anda semua. SUKSES BESAR!

 

Salam Perubahan:)

Hari Subagya